1. Pengertian Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu alamiah dasar atau sering
disebut ilmu pengetahuan alam (natural science) merupakan ilmu pengetahuan yang
menjelaskan tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi
ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. IAD hanya mengkaji konsep-konsep
dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja dan ilmu yang hanya berbicara
tentang bagaimna metode-metode ilmu kealaman dalam menjelaskan gejala-gejala
alam lebih secara filosofi. IAD merumuskan pemikiran yang selalu di landasi
oleh realisme, karena ilmu sains ini berbicara tentang metode-metode alamiah
dan gejala-gejala alamiah sehingga tidak dapat lepas dari realitas objek-objek
materi yang dapat dilihat oleh indra.
Jadi, pengertian ilmu alamiah
yang saya ketahui itu adalah pengetahuan dasar yang mempelajari alam
semesta,dan dapat dikatakan sebagai konsep awal terbentuknya ilmu pengetahuan
alam. Yang dapat dipelajarinya dengan cara metode-metode atau prinsip-prinsip
yang tidak dapat lepas dari kenyataan (realitas).
2. Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Seperti dijelaskan dimuka bahwa rasa ingin tahu manusia
terus berkembang melalui pengamatan dan pengalaman indrawi sehingga mampu
menemukan apa yang diinginkannya, tetapi karena memang manusia adalah mahluk
yang tidak mudah puas dengan apa yang telah mereka ketahui bahkan sering
menemukan jawaban-jawaban yang tidak dapat memecahkan masalah dan tidak
memuaskan dirinya, pada masa kuno sering mereka mencoba mencari-cari jawaban
dengan mengamati bahasa untuk memuaskan dirinya terhadap fenomena alam yang
dilihat, dirasakan, didengar maupun dicium oleh mereka. Misalnya apa pelangi itu ? Sebenarnya mereka
tidak mampu menjawab atas pertanyaan itu, tetapi untuk kepuasan maka mereka
mencoba mencari-carai jawaban yang sekiranya dapat memuaskan baik bagi dirinya
maupun orang lain, sehingga mereka menjawab bahwa pelangi itu adalah selendang bidadari yang sedang mandi,
dari jawaban tersebut muncul pengetahuan baru yakni bidadari. Selanjutnya
tetang pertanyaan mengapa gunung
meletus ? sekali lagi mereka tidak mampu menjawab tapi dengan alasan
kepuasan mereka menjawab gunung itu meletus karena yang punya gunung sedang marah, dari jawaban itu munculah
pengetrahuan baru yang punya gunung, sehingga mereka memperluas pengetahuannya
dengan anggapan segala sesuatu itu ada yang punya, mereka percaya kalau laut
itu ada yang punya, angin ada yang punya, pohon besar ada yang punya dan
lain-lain. Oleh karenanya untuk menghilangkan rasa kecemasan dari yang punya
gunung, laut, pohon besar dan lainnya tidak marah maka mereka melakukan upacara
ritual baik dengan cara membaca mantera-mantera, gerakan-gerakan tarian,
penyajian sesajen dan lain-lain. Pengetahuan-pengetahuan itu merupakan
penggabungan dari pengalaman-pengalaman indrawi dan kepercayaan dan disebut
dengan mitos. Cerita-cerita
mitos itu disebut legenda.
Mengapa mitos dapat diterima pada saat itu sebagai suatu kebenaran hal ini
karena dilatarbelakangi oleh keterbatasan indrawi keterbatasan penalaran dan
hasrat ingin tahunya yang segera ingin dipenuhi.
3. Perbedaan
Mitos, Legenda, Dan Cerita Rakyat
Mitos pada umumnya menceritakan
tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi,
petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri,
ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Legenda (bahasa Latin: legere)
adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai
sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap
sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak
tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali
jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Cerita rakyat adalah sebagian
kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya,
cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau
asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat
umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi Cerita
rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita
rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral.
Pengetahuan manusia dimulai dari
rasa ingin tahu manusia itu sendiri. Rasa ingin tahu ini sudah dimiliki manusia
sejak kecil. Banyak cara untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Anak yang
belum dapat bertanya senang mencoba-coba hal yang tidak diketahuinya. Sebagai
contoh, anak kecil senang memasukan barang-barang ke dalam mulutnya hanya untuk
memuaskan rasa ingin tahunya. Di tahap selanjutnya anak-anak akan banyak
bertanya contohnya “itu apa ?”, “ini bagaimana?” itu hal yang lumrah dilewati
oleh manusia untuk pengembangan diri. Rasa ingin tahu tersebut akan terpuaskan
bila diperoleh pengetahuan yang dia pertanyakan dengan hal yang benar. Pengetahuan
dapat diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu pendekatan non-ilmiah
dan ilmiah. Pada pendekatan non ilmiah ada beberapa pendekatan yakni akal
sehat, intuisi, prasangka, penemuan dan coba-coba dan pikiran kritis.
A. Akal
sehat
Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h. 3) akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep merupakan kata yang dinyatakan abstrak dan dapat digeneralisasikan kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini dapat menunjukan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula menyesatkan.
Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h. 3) akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep merupakan kata yang dinyatakan abstrak dan dapat digeneralisasikan kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini dapat menunjukan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula menyesatkan.
B. Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya. Biasanya didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari. Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal yang sistemik.
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya. Biasanya didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari. Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal yang sistemik.
C.
Prasangka
Pengetahuan yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang melakukannya kemudian membuat orang mengumumkan hal yang khusus menjadi terlalu luas. Dan menyebabkan akal sehat ini berubah menjadi sebuah prasangka.
Pengetahuan yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang melakukannya kemudian membuat orang mengumumkan hal yang khusus menjadi terlalu luas. Dan menyebabkan akal sehat ini berubah menjadi sebuah prasangka.
D.
Penemuan coba-coba
Pengetahuan yang ditemukan dengan pendekatan ini tidak terkontrol dan tidak pasti. Diawali dengan usaha coba-coba atau dapat dikatakan trial and error. Dilakukan dengan tidak kesengajaan yang menghasilkan sebuah pengetahuan dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak selalu sama. Sebagai contoh seorang anak yang mencoba meraba-raba dinding kemudian tidak sengaja menekan saklar lampu dan lampu itu menyala kemudian anak tersebut terperangah akan hal yang ditemukannya. Dan anak tersebut pun mengulangi hal yang tadi ia lakukan hingga ia mendapatkan jawaban yang pasti akan hal tersebut.
Pengetahuan yang ditemukan dengan pendekatan ini tidak terkontrol dan tidak pasti. Diawali dengan usaha coba-coba atau dapat dikatakan trial and error. Dilakukan dengan tidak kesengajaan yang menghasilkan sebuah pengetahuan dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak selalu sama. Sebagai contoh seorang anak yang mencoba meraba-raba dinding kemudian tidak sengaja menekan saklar lampu dan lampu itu menyala kemudian anak tersebut terperangah akan hal yang ditemukannya. Dan anak tersebut pun mengulangi hal yang tadi ia lakukan hingga ia mendapatkan jawaban yang pasti akan hal tersebut.
E. Pikiran
Kritis
Pikiran kritis ini biasa didapat dari orang yang sudah mengenyam pendidikan formal yang tinggi sehingga banyak dipercaya benar oleh orang lain, walaupun tidak semuanya benar karena pendapat tersebut tidak semuanya melalui percobaan yang pasti, terkadang pendapatnya hanya didapatkan melalui pikiran yang logis.
Pikiran kritis ini biasa didapat dari orang yang sudah mengenyam pendidikan formal yang tinggi sehingga banyak dipercaya benar oleh orang lain, walaupun tidak semuanya benar karena pendapat tersebut tidak semuanya melalui percobaan yang pasti, terkadang pendapatnya hanya didapatkan melalui pikiran yang logis.
G. Pendekatan
Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pengetahuan yang didapatkan melalui percobaan yang terstruktur dan dikontrol oleh data-data empiris. Percobaan ini dibangun diatas teori-teori terdahulu sehingga ditemukan pembenaran-pembenaran atau perbaikan-perbaikan atas teori sebelumnya. Dan dapat diuji kembali oleh siapa saja yang ingin memastikan kebenarannya.
Pendekatan ilmiah adalah pengetahuan yang didapatkan melalui percobaan yang terstruktur dan dikontrol oleh data-data empiris. Percobaan ini dibangun diatas teori-teori terdahulu sehingga ditemukan pembenaran-pembenaran atau perbaikan-perbaikan atas teori sebelumnya. Dan dapat diuji kembali oleh siapa saja yang ingin memastikan kebenarannya.
4. Opini
Hadirnya mitos itu dikarenakan zaman
dahulu manusia kurang memperoleh pengetahuan dan prasarana untuk mengetahui hal
yang pasti mengenai kebenaran tersebut. Bila dibandingkan dengan sekarang,
zaman modern lebih mendahulukan logika.
A. Rasa
Ingin Tahu
Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan cirri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris). Dengan pertolongan akal budinya manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal budi itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Kalau salah satu soal dapat dipecahkan maka timbul soal lain yang menunggu penyelesaian. Akal budi manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan cirri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris). Dengan pertolongan akal budinya manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal budi itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Kalau salah satu soal dapat dipecahkan maka timbul soal lain yang menunggu penyelesaian. Akal budi manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Rasa ingin tahu mendorong
manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban
atas berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya. Kegiatan yang dilakukan
manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan tujuannya. Sehingga tidak dapat
menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putus
asa, bahkan seringkali justru membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala
untuk memecahkan persoalan. Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah
kegiatan-kegiatan lain yang dianggap lebih serasi dan dapat diharapkan akan
menghasilkan penyelesaian yang memuaskan.
Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa:
a. Penyelidikan langsung.
b. Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain.
c. Kerja sama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau yang sejenis.
Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa:
a. Penyelidikan langsung.
b. Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain.
c. Kerja sama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau yang sejenis.
B. Mitos
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh: “Apakah pelangi itu?”, karena tak dapat dijawab, manusia mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari. Contoh lain: “Mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban: “Yang berkuasa dari gunung itu sedang marah”. Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama muncullah anggapan adanya “Yang kuasa” di dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh: “Apakah pelangi itu?”, karena tak dapat dijawab, manusia mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari. Contoh lain: “Mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban: “Yang berkuasa dari gunung itu sedang marah”. Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama muncullah anggapan adanya “Yang kuasa” di dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.
Mitos itu
timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera manusia misalnya:
1). Alat
Penglihatan
Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tidak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka tak mampu melihatnya.
Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tidak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka tak mampu melihatnya.
2). Alat
Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 perdetik. Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 perdetik. Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.
3). Alat
Pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun diciumnya . manusia hanya bisa membedakan 4 jenis masa yaitu rasa manis, masam, asin dan pahit.
Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasi di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain namun tidak semua orang bisa melakukannya.
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun diciumnya . manusia hanya bisa membedakan 4 jenis masa yaitu rasa manis, masam, asin dan pahit.
Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasi di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain namun tidak semua orang bisa melakukannya.
4). Alat
Perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat. Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara manusia: ada yang sangat tajam penglihatannya, ada yang tidak. Demikian juga ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat. Meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik
langsung maupun dengan alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c. Hasrat ingin tahunya terpenuhi
Menurut Auguste comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung tiga tahap:
1. Tahap teologi atau fiktif
2. Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak
3. Tahap positif atau ilmiah riel
Pada tahap teologi atau fiktif manusia berusaha untuk mencaari atau menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu,dan selalu dihubungkan dengan kekuatan ghaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasi dan diatur oleh para dewa atau kekuatan ghaib lainnya.
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat. Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara manusia: ada yang sangat tajam penglihatannya, ada yang tidak. Demikian juga ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat. Meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik
langsung maupun dengan alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c. Hasrat ingin tahunya terpenuhi
Menurut Auguste comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung tiga tahap:
1. Tahap teologi atau fiktif
2. Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak
3. Tahap positif atau ilmiah riel
Pada tahap teologi atau fiktif manusia berusaha untuk mencaari atau menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu,dan selalu dihubungkan dengan kekuatan ghaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasi dan diatur oleh para dewa atau kekuatan ghaib lainnya.
Tahap
metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap mencari
sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan kepada
kepercayan akan adanya kekuatan ghaib , melainkan kepada akalnya sendiri,akal
yang telah mampu melakukan abstraktasi guna menemukan hakikat segala sesuatu.
Tahap positif
atau riel merupakan tahap dimana manusia telah mampu berfikir secara positif
atau riel,atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara
positif ,melalui pengamatan , percobaan dan perbandingan.
Mitos adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran sederhana serta
dikaitkan dengan kepercayaan akan adnya kekuatan ghaib. Sehingga pengetahuan
yang diperoleh bersifat subyektif. Gempa bumi diduga terjadi karena Atlas
(raksasa yang memikul bumi pada bahunya memindahkan bumi dri bahu yang satu
kebahu yang lain. Gerhana bulan diduga terjadi karena dimakan oleh raksasa.
Menurut dongeng raksasa itu takut pada bunyi – bunyian, maka pada waktu gerhana
bulan manusia memukul apa saja yang dapat menimbulkan bunyi. Supaya raksasa itu
takut dan memuntahkan kembali bulan purnama. Bunyi guntur dikira ditimbulka
oleh adanya kereta yang dikendarai dewa melintas langit.
Demikian pada tahap mitos atau
tahap teologi ini manusia menjawab rasa ingin tahunya dengan menciptakan
dongeng-dongeng atau mitos, karena alam pikirannya masih terbatas pada
imajinasinya dan cara berpikir irasional. Masyarakat dahulu dapat menerima
mitos karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan pemikirannya.sedangkan
hasrat ingin tahunya berkembang terus.
Puncak hasil pemikiran seperti
di atas terjadi pada zaman Babylona,yaitu kira-kira 700-600 SM. Pendapat orang
Babylona tentang alam semesta antara lain adalah bahwa alam semesta merupakan
suatu ruangan atau selungkup. Lantainya adalah bumi yang datar , sedangkan
langit dengan bintangnya merupakan atapnya. Dilangit ada semacam jendela yang
memungkinkan air hujan dapat sampai ke bumi.
Karena kemampuan berpikirnya
manusia semakin maju dan disertai pula oleh perlengkapan pengamatan, misalnya
teropong bintang, mitos dengan berbagai legendanya makin ditinggalkan, dan
mereka cendrung menggunakan akal sehat dan rasionya.
Sumber :
http://intanayuda8.wordpress.com/2013/04/05/ilmu-alamiah-dasar-html/
0 komentar: