"Ssstt....".
Potong Chila, Mengisaratkan gadis itu untuk tutup mulut.
"Kenapa?" Tanya Nandini bingung. Bukan hanya karena Chila yang tiba - tiba memotong ucapannya tapi juga karena sikapnya sendiri yang mendadak ngomong berbisik. Chila tidak menjawab. Ia hanya memberi isarat pada gadis di hadapannya itu untuk menoleh kearah seseorang yang mampu menarik perhatiannya. Dan begitu menoleh, Nandini mengangguk paham. Tanpa bisa di cegah sebuah cibiran sinis terlempar kearah Chila yang terlihat berseri - seri. Berbanding balik dengan raut wajahnya beberapa detik yang lalu.
"Pagi kak Fandi" Sapa Chila ramah sambil tersenyum lebar ala iklan pasta gigi.
"Pagi juga Chila" Balas Fandi ikutan tersenyum, membuat bunga bunga bermekaran di hati Chila.
"Ya ampun, tu orang cakep banget. Senyum nya itu lho. Bikin hati gue meleleh. Astaga kak Fandi, Gue jatuh cinta lho sama loe" Gumam Chila sendiri sambil terus menatap punggung Fandy yang semakin menjauh. Senyum nggak jelas masih terukir di wajahnya.
"Lebay" Cibir Nandini sinis.
"Ih gue serius tau. Gue itu dari dulu udah naksir dia. Cinta hidup deh pokoknya. Cuma dianya aja yang nggak tau. Kasian deh gue". Nandini geleng kepala melihat ulah sahabatnya. Baiklah, sedari dulu ia memang tau kalau
sahabatnya yang satu itu naksir berat sama Si Fandi, Senior di kampusnya. Udah keren, baik,
cakep lagi. Paket lengkap deh buat membuat siapapun jatuh cinta . Tapi ia juga tau kalau sahabatnya yang satu itu hanya mampu mencintai secara diam - diam. Padahal Nandini tau dengan pasti kalau hubungan mereka berdua cukup dekat. Bahkan tak jarang Fandi sering kedapatan mengantar Chila pulang kampus jika kebetulan jam pulang mereka berbarengan.
"Ya udah, buruan kasih tau. Gitu aja kok repot".
"Gue juga rencananya pengen ngasi tau. Cuma gue masih nggak tau, gimana caranya gue buat ngasi tau dia biar dia tau". Sejenak Nandini menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya udah bentar lagi kan valentine, Nah kayaknya itu saat yang pas deh" usul Nandini. "Maksud loe?". "Iya, pas hari valentin besok. Loe kasih aja dia coklat. Sodorin langsung ke dia, Terus loe bilang kalau sebenernya loe sedari dulu udah naksir dia. Gampangkan?". "Gue langsung ngomong gitu?" Tanya Chila terlihat blo'on. Nandini mengangguk mantap. "Nggak pake kata pembukaan?". "Emangnya loe mau pidato?" Pangkas Nandini tegas. Chila terlihat mengangguk angguk membenarkan. Sepertinya ide itu bagus untuk di coba. Dan sebelum mulutnya terbuka Nandini sudah terlebih dahulu mendahului. "Loe nggak serius pengen melaksanakan ide gue barusan kan?" tanya Nandini dengan nada menyelidik.
"Tentu saja gue serius. Sepertinya barusan itu ide bagus. Jadi gue nggak harus lagi mencintai diam - diam " Wajah Chila terlihat bercahaya.
"Jangan!".
"Lho kenapa?. Bukannya itu ide loe sendiri ya?".
"Dasar bodoh. Tadi itu gue bercanda. Mana boleh ada cewek yang harus menembak duluan. Itu malu - maluin diri sendiri namanya".
"Lah terus Arya gimana?". Sejenak Chila terdiam. Bener juga. Bukannya dia juga naksir sama Arya. Sahabat dunia maya yang sudah ia kenal lebih dari tiga tahun. Temen Chatingannya yang sejak tiga hari yang lalu menghilang tanpa kabar. Membuatnya sempat merasa uring - uringan. Tapi kan... "Tapi kan Arya cuma temen dunia maya. Lagian itu orang curang. Gue udah pasang PP gue beneran, Eh dia nya masih tetep aja pajang tulisan. Seumur - umur bahkan sampe sekarang gue tu belom pernah liat wajah aslinya kayak apa.
Lagian...". "Lagian..?" Kejar Nandini heran.
"Lagian kan belum tentu kak Fandi juga naksir sama gue. So, Arya masih tetep dalam cadangan".
"Ha?". Asli Nandini melongo. Tapi Chila sama sekali tidak terpengaruh.
Tiba – tiba… "Chila". Merasa namanya di panggil chila menoleh. Mendapati Fandi yang berjalan setengah berlari kearahnya.
"Kenapa kak?" tanya Chila heran.
"Hay Nandini" Bukannya langsung menjawab, Fandi justru menyapa Nandini yang masih berdiri disamping Chila.
"Hay juga kak" Balas Nandini sambil tersenyum. Mengabaikan ekspresi Chila yang tampak
memberengut sebel.
"Oh ya, dua hari kedepan loe ada acara nggak?", tanya Fandi kemudian sambil mengalihkan tatapannya kearah Chila.
"Enggak" Sahut chila cepat. Saking cepatnya sampai membuat Nandini langsung menoleh.
"Syukurlah kalau begitu. Kalau gitu loe datang ya"
Tambah Fandi sambil menyodorkan sebuah undangan ketangan Chila. Membuat gadis itu terlihat
mengerutkan kening bingung.
"Acara ulang tahun gue" Tambah Fandi menjelaskan. Membuat Chila menahan diri untuk ber"oh" ria. Huf, padahal tadi ia sudah sempat menghayal sekaligus berharap kalau itu adalah
undangan kencan di malam Valentine.
"Loe juga datang ya Nandini" Kali ini perhatian Fandi teralih pada Nanidi. Tangannya masih terulur menyodorkan undangan putih abu - abu yang kemudian segera berpindah tangan.
"Nandini juga?". Fandi menoleh, Tersenyum sambil mengangguk saat mendapati tatapan heran terpancar di wajah Chila.
"Ya iyalah. Namanya juga acara ulang tahun. Masa yang di undang cuma loe doang. Emangnya kita mau kencan". Ucapan yang Fandi lontarkan barusan langsung membekas di hati Chila. Hei, bukannya ia memang berharap kalau itu adalah undangan kencan?
"Oke deh, kalau gitu gue pergi dulu ya. Gue masih harus membagikan undangan ini keanak – anak yang laen, Bye" pamit Fandi sambil berlalu pergi.
"Jangan lupa. Pastikan kalian berdua harus datang!" teriak Fandi sebelum kemudian benar – benar berlalu dari pandangan.
"Aduh Nandini, gue deg degan nie" Kata Chila untuk kesekian kalinya sambil menatap kesekeliling. "Udah, loe tenang aja. Loe udah latihan kan?" bisik Nandini yang langsung di balas anggukan oleh Chila. Iya, ia memang sudah berlatih selama dua hari ini. Berlatih untuk memberikan choklat. Ralat, Menyatakan cinta lewat coklat lebih tepatnya. Bahkan sebelum berangkat dari rumah tadi ia sudah cukup yakin dengan kemampuannya sampai
kemudian di buat goyah dengan ramainya suasana pesta. Ya ampun jika sampai ia ditolak, bagaimana malunya?
"Apapun hasil akhirnya, Yang penting loe udah usaha. Fighting!" Nandini memberi semangat ala drama - drama korea yang sering ia tonton. Lagi - lagi Chila membalas dengan anggukan.
Diliriknya kotak choklat yang ada di tangan seolah - olah kotak bisu itu mampu memberi semangat. Setelah yakin ia menatap kesekeliling. Mencari sosok Fandi, yang empunya acara.
"Tapi ngomong - ngomong kak Fandi mana ya?" Tanya Chila membuat Nandini ikut - ikutan menatap kesekeliling.
"Itu dia" tunjuk Nandini kearah seseorang yang berdiri tak jauh dari panggung. Chila hanya mengikuti dengan pandangan.
"Langsung hampiri aja yuks" ajak Nandini lagi.
"Tunggu dulu" tahan Chila cepat sambil mencekal tangan Nandini erat.
"Kenapa?" tanya Nandini heran.
"Coba liat deh, yang berdiri disampingnya itu siapa ya?".
"Mana?" tanya Nandini heran plus penasaran.
"Itu. Yang pake kemeja kotak putih sama pake kacamata" tunjuk Chila kearah cowok yang berdiri disamping Fandi. Keduanya tampak berbicara akrab. Bahkan terlihat sedang tertawa. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang lucu.
"Memangnya dia kenapa?".
"Cakep amat ya. Kalau seandainya kak Fandi nolak gue, gue mau donk jadian sama dia".
Sebuah jitakan mendarat telak di kepala Chila atas jawabannya barusan.
"Astaga chila. Bukannya loe bilang loe cinta mati ya sama Kak Fandi. Makanya sampe loe bela – belain buat nembak dia duluan?" Komentar Nandini.
"Yee, Yang bilang gue itu cinta mati sama Kak Fandi itu siapa?. Gue cuma pernah bilang gue itu cinta hidup sama dia. Istilah lainnya, Naksir. Kalau soal gue mau nembak dia dulu mah lain ceritanya. Gue kan cuma usaha, di terima ya syukur. Gak di terima ya gue tinggal cari yang laen". Asli, kali ini Nandini hanya mampu menggeleng kepala akan ulah sahabatnya. Belum sempat mulutnya terbuka untuk protes sebuah suara dari pengeras suara terlebih dahulu menahannya. Sepertinya acara akan segera di mulai. Fandi juga terlihat sudah berada di atas pentas.
"Thanks all. Makasih semuanya karena telah sudi datang di acara ulang tahun gue ini" Fandi
mengawali pembicaraannya. Terlihat menghela nafas sejenak baru kemudian kembali melanjutkan ucapannya.
"Karena kebetulan ulang tahun gue bertepatan dengan hari valentine, sepertinya nggak seru kalau
gue tetep bersetatus jomblo. Maka dari itu, gue pengen ngenalin seseorang ke kalian semua.
Seseorang yang telah berhasil menarik perhatian gue. Dan malam ini, Gue pengen nembak dia
langsung di hadapan kalian semua".
Ucapan Fandi sukses membuat semuanya bersorak heboh. Sementara Chila sendiri mendadak merasa panas dingin. Fandi naksir orang? Siapa? Kenapa ia nggak pernah tau?
"Baiklah, untuk mempersingkat waktu, gue akan langsung ngenalin cewek itu kekalian".
Selesai berkata Fandi segera turun dari atas pangung. Melangkah lurus melewati kerumunan
orang. Sebuah senyum terukir manis di bibirnya. Tatapannya lurus terarah kedepan. Sementara Chila justru berdiri bagai patung. Tak percaya saat mendapati Fandi yang kini bediri tak jauh dari
hadapannya. Akankah impiannya menjadi nyata?.
"Gue suka sama loe.....!".
Singkat, padat, tegas dan jelas. Langsung terarah kejantung, membuat hati meleleh. Menerbangkan chila ke langit bahagia sebelum di hempas ke dasar jurang derita.
"Nandini".
Chila tidak pernah menyangka cukup satu nama mampu mengelapkan dunianya. Memupuskan
semua harapan dan angan-angannya. Sepertinya ia telah lupa untuk memperingakan dirinya sendiri untuk tidak berhubungan dengan seseorang yang akan mampu melambungkan nya tinggi – tinggi kemudian mengempaskannya kebumi. Hei, pernah kah kalian membayangkan situasi ini. Saat orang yang kita sukai ternyata menyukai sahabat kita sendiri. Dan parahnya, ternyata sahabat kita juga menyukainya. Seperti yang Chila rasakan saat ini saat dengan mata kepalanya sendiri. Tepat di hadapannya, tangan Nandini terulur menyambut uluran tangan Fandi. Mengatakan kalau ia juga menyukai cowok itu. Ya Tuhan, hal yang terjadi selanjutnya, ia tidak pernah mau mengingatnya. Yang ia lakukan hanyalah menahan diri untuk tidak menangis saat itu juga. Dan berharap ia bisa menghilang dengan segera. Saat berbalik, "Chila?". Chila mendengus sambil menunduk. Tak ingin ketahuan kalau ia sedang manahan air dimatanya, Ayolah ini bukan saat yang tepat untuk mengajaknya berkenalan.
"Gue pasti bener. Loe ‘chila iang chelalu cemugud’ kan?".
Oke, kali ini siapapun sosok yang telah menyapanya chila akan mengakui kalau dia telah mampu
menarik perhatiannya saat ia sendiri sebenarnya sudah sangat memprihatinkan. "chila iang chelalu cemugud" adalah nama akun fbnya. Dan begitu menoleh, Matanya langsung melotot.
Astaga. Sosok itu kan yang tadi berdiri di samping Fandi. Yang sempat menarik perhatiannya. Yang ia harapakan bisa menjadi penganti penolakan Fandi nantinya?. Tapi kenapa dia bisa tau nama akun fbnya. Jangan - jangan dia…
"Gue Arya. Temen chating loe selama tiga tahun ini".
Ucapan itu sukses membuat mata Chila melotot. “Dia? Arya?”.
Tanpa bantuan kerja otaknya yang mendadak blank atau memang selalu pas - pasan tangannya terulur. Menyodorkan coklat yang sedari tadi berada di tangannya. Coklat yang seharusnya ia berikan pada seseorang yang kini berstatus gebetan sahabatnya.
Kening Arya berkerut bingung. Sebelum mulutnya terbuka untuk bertanya, Chila sudah terlebih dahulu mendahuluinya.
"Sweet happy valentine day. Loe mau kan jadi teman kencan gue malam ini?" Tembak Chila langsung. Untuk Sejenak Arya terdiam. Bingung nan ragu melanda. Namun kemudian tangannya terulur. Meraih coklat yang berada tepat di hadapannya. Sebuah senyum terukir manis di bibir. Sementara Chila hanya mampu berdoa didalam hatinya.
"Tuhan, Jika memang kak Fandi jodohku,
Dekatkanlah....
Tapi jika dia bukan jodohku, Arya juga boleh".
Potong Chila, Mengisaratkan gadis itu untuk tutup mulut.
"Kenapa?" Tanya Nandini bingung. Bukan hanya karena Chila yang tiba - tiba memotong ucapannya tapi juga karena sikapnya sendiri yang mendadak ngomong berbisik. Chila tidak menjawab. Ia hanya memberi isarat pada gadis di hadapannya itu untuk menoleh kearah seseorang yang mampu menarik perhatiannya. Dan begitu menoleh, Nandini mengangguk paham. Tanpa bisa di cegah sebuah cibiran sinis terlempar kearah Chila yang terlihat berseri - seri. Berbanding balik dengan raut wajahnya beberapa detik yang lalu.
"Pagi kak Fandi" Sapa Chila ramah sambil tersenyum lebar ala iklan pasta gigi.
"Pagi juga Chila" Balas Fandi ikutan tersenyum, membuat bunga bunga bermekaran di hati Chila.
"Ya ampun, tu orang cakep banget. Senyum nya itu lho. Bikin hati gue meleleh. Astaga kak Fandi, Gue jatuh cinta lho sama loe" Gumam Chila sendiri sambil terus menatap punggung Fandy yang semakin menjauh. Senyum nggak jelas masih terukir di wajahnya.
"Lebay" Cibir Nandini sinis.
"Ih gue serius tau. Gue itu dari dulu udah naksir dia. Cinta hidup deh pokoknya. Cuma dianya aja yang nggak tau. Kasian deh gue". Nandini geleng kepala melihat ulah sahabatnya. Baiklah, sedari dulu ia memang tau kalau
sahabatnya yang satu itu naksir berat sama Si Fandi, Senior di kampusnya. Udah keren, baik,
cakep lagi. Paket lengkap deh buat membuat siapapun jatuh cinta . Tapi ia juga tau kalau sahabatnya yang satu itu hanya mampu mencintai secara diam - diam. Padahal Nandini tau dengan pasti kalau hubungan mereka berdua cukup dekat. Bahkan tak jarang Fandi sering kedapatan mengantar Chila pulang kampus jika kebetulan jam pulang mereka berbarengan.
"Ya udah, buruan kasih tau. Gitu aja kok repot".
"Gue juga rencananya pengen ngasi tau. Cuma gue masih nggak tau, gimana caranya gue buat ngasi tau dia biar dia tau". Sejenak Nandini menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya udah bentar lagi kan valentine, Nah kayaknya itu saat yang pas deh" usul Nandini. "Maksud loe?". "Iya, pas hari valentin besok. Loe kasih aja dia coklat. Sodorin langsung ke dia, Terus loe bilang kalau sebenernya loe sedari dulu udah naksir dia. Gampangkan?". "Gue langsung ngomong gitu?" Tanya Chila terlihat blo'on. Nandini mengangguk mantap. "Nggak pake kata pembukaan?". "Emangnya loe mau pidato?" Pangkas Nandini tegas. Chila terlihat mengangguk angguk membenarkan. Sepertinya ide itu bagus untuk di coba. Dan sebelum mulutnya terbuka Nandini sudah terlebih dahulu mendahului. "Loe nggak serius pengen melaksanakan ide gue barusan kan?" tanya Nandini dengan nada menyelidik.
"Tentu saja gue serius. Sepertinya barusan itu ide bagus. Jadi gue nggak harus lagi mencintai diam - diam " Wajah Chila terlihat bercahaya.
"Jangan!".
"Lho kenapa?. Bukannya itu ide loe sendiri ya?".
"Dasar bodoh. Tadi itu gue bercanda. Mana boleh ada cewek yang harus menembak duluan. Itu malu - maluin diri sendiri namanya".
"Lah terus Arya gimana?". Sejenak Chila terdiam. Bener juga. Bukannya dia juga naksir sama Arya. Sahabat dunia maya yang sudah ia kenal lebih dari tiga tahun. Temen Chatingannya yang sejak tiga hari yang lalu menghilang tanpa kabar. Membuatnya sempat merasa uring - uringan. Tapi kan... "Tapi kan Arya cuma temen dunia maya. Lagian itu orang curang. Gue udah pasang PP gue beneran, Eh dia nya masih tetep aja pajang tulisan. Seumur - umur bahkan sampe sekarang gue tu belom pernah liat wajah aslinya kayak apa.
Lagian...". "Lagian..?" Kejar Nandini heran.
"Lagian kan belum tentu kak Fandi juga naksir sama gue. So, Arya masih tetep dalam cadangan".
"Ha?". Asli Nandini melongo. Tapi Chila sama sekali tidak terpengaruh.
Tiba – tiba… "Chila". Merasa namanya di panggil chila menoleh. Mendapati Fandi yang berjalan setengah berlari kearahnya.
"Kenapa kak?" tanya Chila heran.
"Hay Nandini" Bukannya langsung menjawab, Fandi justru menyapa Nandini yang masih berdiri disamping Chila.
"Hay juga kak" Balas Nandini sambil tersenyum. Mengabaikan ekspresi Chila yang tampak
memberengut sebel.
"Oh ya, dua hari kedepan loe ada acara nggak?", tanya Fandi kemudian sambil mengalihkan tatapannya kearah Chila.
"Enggak" Sahut chila cepat. Saking cepatnya sampai membuat Nandini langsung menoleh.
"Syukurlah kalau begitu. Kalau gitu loe datang ya"
Tambah Fandi sambil menyodorkan sebuah undangan ketangan Chila. Membuat gadis itu terlihat
mengerutkan kening bingung.
"Acara ulang tahun gue" Tambah Fandi menjelaskan. Membuat Chila menahan diri untuk ber"oh" ria. Huf, padahal tadi ia sudah sempat menghayal sekaligus berharap kalau itu adalah
undangan kencan di malam Valentine.
"Loe juga datang ya Nandini" Kali ini perhatian Fandi teralih pada Nanidi. Tangannya masih terulur menyodorkan undangan putih abu - abu yang kemudian segera berpindah tangan.
"Nandini juga?". Fandi menoleh, Tersenyum sambil mengangguk saat mendapati tatapan heran terpancar di wajah Chila.
"Ya iyalah. Namanya juga acara ulang tahun. Masa yang di undang cuma loe doang. Emangnya kita mau kencan". Ucapan yang Fandi lontarkan barusan langsung membekas di hati Chila. Hei, bukannya ia memang berharap kalau itu adalah undangan kencan?
"Oke deh, kalau gitu gue pergi dulu ya. Gue masih harus membagikan undangan ini keanak – anak yang laen, Bye" pamit Fandi sambil berlalu pergi.
"Jangan lupa. Pastikan kalian berdua harus datang!" teriak Fandi sebelum kemudian benar – benar berlalu dari pandangan.
"Aduh Nandini, gue deg degan nie" Kata Chila untuk kesekian kalinya sambil menatap kesekeliling. "Udah, loe tenang aja. Loe udah latihan kan?" bisik Nandini yang langsung di balas anggukan oleh Chila. Iya, ia memang sudah berlatih selama dua hari ini. Berlatih untuk memberikan choklat. Ralat, Menyatakan cinta lewat coklat lebih tepatnya. Bahkan sebelum berangkat dari rumah tadi ia sudah cukup yakin dengan kemampuannya sampai
kemudian di buat goyah dengan ramainya suasana pesta. Ya ampun jika sampai ia ditolak, bagaimana malunya?
"Apapun hasil akhirnya, Yang penting loe udah usaha. Fighting!" Nandini memberi semangat ala drama - drama korea yang sering ia tonton. Lagi - lagi Chila membalas dengan anggukan.
Diliriknya kotak choklat yang ada di tangan seolah - olah kotak bisu itu mampu memberi semangat. Setelah yakin ia menatap kesekeliling. Mencari sosok Fandi, yang empunya acara.
"Tapi ngomong - ngomong kak Fandi mana ya?" Tanya Chila membuat Nandini ikut - ikutan menatap kesekeliling.
"Itu dia" tunjuk Nandini kearah seseorang yang berdiri tak jauh dari panggung. Chila hanya mengikuti dengan pandangan.
"Langsung hampiri aja yuks" ajak Nandini lagi.
"Tunggu dulu" tahan Chila cepat sambil mencekal tangan Nandini erat.
"Kenapa?" tanya Nandini heran.
"Coba liat deh, yang berdiri disampingnya itu siapa ya?".
"Mana?" tanya Nandini heran plus penasaran.
"Itu. Yang pake kemeja kotak putih sama pake kacamata" tunjuk Chila kearah cowok yang berdiri disamping Fandi. Keduanya tampak berbicara akrab. Bahkan terlihat sedang tertawa. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang lucu.
"Memangnya dia kenapa?".
"Cakep amat ya. Kalau seandainya kak Fandi nolak gue, gue mau donk jadian sama dia".
Sebuah jitakan mendarat telak di kepala Chila atas jawabannya barusan.
"Astaga chila. Bukannya loe bilang loe cinta mati ya sama Kak Fandi. Makanya sampe loe bela – belain buat nembak dia duluan?" Komentar Nandini.
"Yee, Yang bilang gue itu cinta mati sama Kak Fandi itu siapa?. Gue cuma pernah bilang gue itu cinta hidup sama dia. Istilah lainnya, Naksir. Kalau soal gue mau nembak dia dulu mah lain ceritanya. Gue kan cuma usaha, di terima ya syukur. Gak di terima ya gue tinggal cari yang laen". Asli, kali ini Nandini hanya mampu menggeleng kepala akan ulah sahabatnya. Belum sempat mulutnya terbuka untuk protes sebuah suara dari pengeras suara terlebih dahulu menahannya. Sepertinya acara akan segera di mulai. Fandi juga terlihat sudah berada di atas pentas.
"Thanks all. Makasih semuanya karena telah sudi datang di acara ulang tahun gue ini" Fandi
mengawali pembicaraannya. Terlihat menghela nafas sejenak baru kemudian kembali melanjutkan ucapannya.
"Karena kebetulan ulang tahun gue bertepatan dengan hari valentine, sepertinya nggak seru kalau
gue tetep bersetatus jomblo. Maka dari itu, gue pengen ngenalin seseorang ke kalian semua.
Seseorang yang telah berhasil menarik perhatian gue. Dan malam ini, Gue pengen nembak dia
langsung di hadapan kalian semua".
Ucapan Fandi sukses membuat semuanya bersorak heboh. Sementara Chila sendiri mendadak merasa panas dingin. Fandi naksir orang? Siapa? Kenapa ia nggak pernah tau?
"Baiklah, untuk mempersingkat waktu, gue akan langsung ngenalin cewek itu kekalian".
Selesai berkata Fandi segera turun dari atas pangung. Melangkah lurus melewati kerumunan
orang. Sebuah senyum terukir manis di bibirnya. Tatapannya lurus terarah kedepan. Sementara Chila justru berdiri bagai patung. Tak percaya saat mendapati Fandi yang kini bediri tak jauh dari
hadapannya. Akankah impiannya menjadi nyata?.
"Gue suka sama loe.....!".
Singkat, padat, tegas dan jelas. Langsung terarah kejantung, membuat hati meleleh. Menerbangkan chila ke langit bahagia sebelum di hempas ke dasar jurang derita.
"Nandini".
Chila tidak pernah menyangka cukup satu nama mampu mengelapkan dunianya. Memupuskan
semua harapan dan angan-angannya. Sepertinya ia telah lupa untuk memperingakan dirinya sendiri untuk tidak berhubungan dengan seseorang yang akan mampu melambungkan nya tinggi – tinggi kemudian mengempaskannya kebumi. Hei, pernah kah kalian membayangkan situasi ini. Saat orang yang kita sukai ternyata menyukai sahabat kita sendiri. Dan parahnya, ternyata sahabat kita juga menyukainya. Seperti yang Chila rasakan saat ini saat dengan mata kepalanya sendiri. Tepat di hadapannya, tangan Nandini terulur menyambut uluran tangan Fandi. Mengatakan kalau ia juga menyukai cowok itu. Ya Tuhan, hal yang terjadi selanjutnya, ia tidak pernah mau mengingatnya. Yang ia lakukan hanyalah menahan diri untuk tidak menangis saat itu juga. Dan berharap ia bisa menghilang dengan segera. Saat berbalik, "Chila?". Chila mendengus sambil menunduk. Tak ingin ketahuan kalau ia sedang manahan air dimatanya, Ayolah ini bukan saat yang tepat untuk mengajaknya berkenalan.
"Gue pasti bener. Loe ‘chila iang chelalu cemugud’ kan?".
Oke, kali ini siapapun sosok yang telah menyapanya chila akan mengakui kalau dia telah mampu
menarik perhatiannya saat ia sendiri sebenarnya sudah sangat memprihatinkan. "chila iang chelalu cemugud" adalah nama akun fbnya. Dan begitu menoleh, Matanya langsung melotot.
Astaga. Sosok itu kan yang tadi berdiri di samping Fandi. Yang sempat menarik perhatiannya. Yang ia harapakan bisa menjadi penganti penolakan Fandi nantinya?. Tapi kenapa dia bisa tau nama akun fbnya. Jangan - jangan dia…
"Gue Arya. Temen chating loe selama tiga tahun ini".
Ucapan itu sukses membuat mata Chila melotot. “Dia? Arya?”.
Tanpa bantuan kerja otaknya yang mendadak blank atau memang selalu pas - pasan tangannya terulur. Menyodorkan coklat yang sedari tadi berada di tangannya. Coklat yang seharusnya ia berikan pada seseorang yang kini berstatus gebetan sahabatnya.
Kening Arya berkerut bingung. Sebelum mulutnya terbuka untuk bertanya, Chila sudah terlebih dahulu mendahuluinya.
"Sweet happy valentine day. Loe mau kan jadi teman kencan gue malam ini?" Tembak Chila langsung. Untuk Sejenak Arya terdiam. Bingung nan ragu melanda. Namun kemudian tangannya terulur. Meraih coklat yang berada tepat di hadapannya. Sebuah senyum terukir manis di bibir. Sementara Chila hanya mampu berdoa didalam hatinya.
"Tuhan, Jika memang kak Fandi jodohku,
Dekatkanlah....
Tapi jika dia bukan jodohku, Arya juga boleh".
End......
0 komentar: